SURABAYA - Bulan Oktober 2022 ini, beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Kediri dan Banyuwangi mengalami banjir bandang yang melumpuhkan kegiatan sosial ekonomi. masalah tersebut, ketua konsorsium smart flood risk management Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Mahendra Andiek Maulana ST MT membagikan poin penyebab dan upaya mitigasi bencana banjir di perkotaan.
Banjir yang terjadi di perkotaan disebabkan oleh faktor yang kompleks dan multidimensi. Mahendra menuturkan, faktor pertama penyebab banjir di perkotaan disebabkan oleh kondisi iklim melalui curah hujan yang tinggi. Faktor lainnya adalah sistem drainase perkotaan yang tidak mencukupi sehingga curah hujan yang turun tidak dapat ditampung dan meluap. “Selain itu, saluran saluran yang tidak terkoneksi dengan baik juga turut ambil bagian dalam terjadinya banjir di perkotaan, ” lanjutnya.
Selain dari faktor alam dan infrastruktur keairan, Mahendra menyebutkan kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak pada waktunya dapat menjadi penyebab terjadinya banjir. Mahendra juga menambahkan bahwa banjir juga dipengaruhi oleh pasang air laut yang terjadi bersamaan dengan hujan. “Jika sistem drainase tidak bagus, tidak ada pintu air yang membloking air maka pengaruhnya dalam menyebabkan banjir akan besar, ” ujarnya, Kamis (27/10/2022).
Hal lain yang tidak boleh luput dari yang juga menyebabkan banjir adalah perubahan penggunaan lahan yang mengurangi kawasan resapan udara. Cepatnya alih fungsi lahan menjadi bangunan yang utamanya dibangun di kawasan hulu yang menyebabkan kawasan hilirnya menjadi rentan banjir.
Kawasan hulu yang memiliki potensi resapan atau daerah resapan menjadi kritis sehingga air hujan langsung menuju ke daerah hilir bersama sedimen tanah. Selain itu mungkin menyebabkan longsor, air limpasan permukaan ini menyebabkan sedimentasi dan penurunan kapasitastampung drainase juga.
surabaya