Diskusi Terbuka AIILS FH UNAIR, Mantan Wamenlu RI Tanggapi Isu Energi

    Diskusi Terbuka AIILS FH UNAIR, Mantan Wamenlu RI Tanggapi Isu Energi
    Foto bersama setelah diskusi terbuka. (Foto: Istimewa)

    SURABAYA - Airlangga Institute for International Law Studies Fakultas Hukum Universitas Airlangga (AIILS FH UNAIR) mengadakan diskusi terbuka yang dihadiri oleh Dr (HC) Triyono Wibowo SH pada Rabu (21/9/2022). Ia merupakan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Wamenlu RI) periode 2008-2011 serta alumnus FH UNAIR .

    Dalam diskusi itu, Dr (HC) Triyono Wibowo SH hadir sebagai penanggap. Ia menanggapi dua pembicara yang ada. Pembicara pada hari itu adalah dua orang mahasiswa yang berasal dari fakultas berbeda, Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP UNAIR). Pembicara pertama, Muhammad Falah Dawanis menyampaikan bahwa cita-cita untuk melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan adalah mustahil.

    “Apabila mengacu pada data yang ada, seperti Reuters bahwa kebutuhan akan energi fosil terus meningkat. Energi fosil merupakan sumber energi primer dunia dengan rasio pemakaian 82% dari kebutuhan energi dunia, ” jelas Falah.

    Argumen Falah tersebut, disanggah oleh Bilal Asyfahani Fireza sebagai pembicara kedua. Bilal menyampaikan bahwa pesimisme Falah tentang cita-cita transisi energi terbarukan tidak sepenuhnya salah. Namun, semangat itu tidak boleh sepenuhnya dikesampingkan.

    “Dunia makin tidak layak untuk ditempati dengan peningkatan panas global, naiknya permukaan laut, dan masalah iklim lainnya. Walaupun cita-cita transisi energi terbarukan terdengar klise, tetapi itu merupakan keharusan dunia, ” imbuh Bilal.

    Selanjutnya, diskusi terbuka tersebut disambut dengan tanggapan dari Dr (HC) Triyono Wibowo SH. Alumnus FH UNAIR tersebut merespons pembicaraan yang ada dengan menyinggung kondisi kebutuhan energi Indonesia yang masih sangat bergantung pada energi fosil.

    “Saya setuju dengan Mas Falah perihal kebutuhan energi. Indonesia masih butuh energi fosil. Transisi energi terbarukan memang butuh jangka waktu yang sangat panjang, sekalipun negara-negara di Eropa sudah mulai meningkat karena dibantu teknologi maju, tetapi rasionya tetap jomplang, ” jelasnya. 

    Lantas, untuk menanggapi ketakutan akan krisis energi karena perang Rusia dan Ukraina, Triyono menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir. Hal itu karena Indonesia masih memiliki kemampuan untuk menghindar dari dampak krisis energi tersebut, tidak seperti negara Eropa.

    “Perlu diketahui bahwa energi fosil tidak langka sama sekali. Itu karena produksinya tetap sama. Datanya bisa dilihat dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Untuk itu, Indonesia hanya perlu memenuhi selisih sekitar 600-800 ribu barel untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, ” pungkas Triyono.

    Penulis: Fredrick Binsar Gamaliel M

    Editor: Nuri Hermawan

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Tingkatkan Layanan, BPJS Ketenagakerjaan...

    Artikel Berikutnya

    3 Tenaga Kependidikan UNAIR Hadiri Staff...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami