SURABAYA – Banyaknya kematian benih lele massal yang belum diketahui penyebabnya oleh pembudidaya ikan di Pamekasan, Madura. Dalam menjawab permasalahan tersebut, tim dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR kembali melaksanakan program pengabdian masyarakat (Pengmas) pada Jumat (23/9/2022).
Turut hadir Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan, Ir Bambang Prayogi MM. Pihaknya menyampaikan sambutan hangatnya atas kedatangan tim pengmas FPK UNAIR. “Saya sangat mengapresiasi, lewat pengmas ini mudah-mudahan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) sasaran yakni Pokdakan An-nur dan Pokdakan Badung dapat lebih maju dan memahami proses manajerial budidaya yang benar, ’’ katanya saat sambutan.
Bambang mengatakan praktek budidaya yang benar seperti monitoring kualitas air selama ini tidak pernah dilakukan oleh kelompok pembudidaya ikan lele di Pamekasan. “Itu yang menjadi salah satu faktor terjadinya kematian massal, ” imbuhnya.
Dalam hal ini, Dosen FPK Dr Akhmad Taufiq Mukti SPi MSi menjelaskan mengenai teknis pengukuran kualitas air. Ia melakukan demo pengukuran suhu menggunakan termometer, lalu penggunaan pH paper, dan alat parameter kualitas air lainnya.
Selanjutnya Taufik juga memaparkan pengembangan benih ikan lele dengan cara pemijahan (perkawinan) semi buatan. Dalam prosesnya, ia menunjukkan teknik penyuntikan obat perangsang yaitu (ovaprim) hingga proses pengeluaran telur melalui pengurutan (striping).
Selain itu, Dosen FPK UNAIR Muhamad Amin SPi MSc PhD juga memberikan informasi mengenai aplikasi aquaponik. Ia menyampaikan aquaponik sebagai kombinasi akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik.
“Aquaponik, akuakultur itu budidaya ikan. Sementara hidroponik itu budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi aquaponik adalah sistem pertanian yang memanfaatkan kotoran ikan sebagai nutrisi bagi tanaman dan memanfaatkan tanaman sebagai pengendali kualitas air bagi ikan, ’’ paparnya.
Menurutnya, penerapan akuaponik dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui dua sektor yakni perikanan dan pertanian. Pak Amin pun membeberkan mekanisme sistem akuaponik hingga cara membuat akuaponik di halaman rumah beserta jenis tanaman yang cocok dibudidayakan.
Dalam prosesnya, peserta yang hadir juga cukup responsif dan antusias. Terbukti dengan beberapa pertanyaan dilemparkan pada pemateri. Oleh karenanya pada akhir kegiatan, tim pengmas memberikan termometer dan pH paper kepada peserta. Agar setidaknya mereka (red: pembudidaya) dapat mengecek kualitas suhu dan pH.
Penulis : Viradyah Lulut Santosa
Editor : Khefti Al Mawalia