Menkes Pesan RS Terapung Ikut Turunkan Angka Kematian Ibu dan Anak

    Menkes Pesan RS Terapung Ikut Turunkan Angka Kematian Ibu dan Anak
    Seremonial Penyerahan Donasi CSR dan Pelepasan RSTKA melalui Zoom meeting pada Sabtu (3/9/2022). (Foto: Sintya Alfafa)

    SURABAYA - Masalah keterbatasan akses pelayanan kesehatan di Indonesia masih menjadi problem hingga saat ini. Di beberapa daerah terpencil, masyarakat kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan yang memadai.

    Akibatnya, angka kematian ibu dan anak di beberapa pulau terpencil di Indonesia lebih tinggi. Padahal, kesehatan ibu dan anak sangat penting karena masa depan bangsa ada pada tangan anak-anak Indonesia saat ini.

    Melalui Program Pendampingan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, Universitas Airlangga (UNAIR) meluncurkan program pemberdayaan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). RSTKA akan fokus pada pengabdian masyarakat guna memberikan akses fasilitas kesehatan kepada masyarakat terpencil. Rencananya, RSTKA mendatangi 60 pulau di seluruh Indonesia.

    Membahas soal itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi; Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak; Dekan Prof Dr Budi Santoso dr Sp OG (K) beberapa dokter hadir dalam rapat via Zoom meeting pada Sabtu (3/9/2022). Menkes sangat memberikan dukungan penuh program RSTKA itu.

    “Pasalnya, inisiatif ini (RSTKA, Red) muncul lantaran kasus kematian ibu dan anak yang semakin mengkhawatirkan. Selain itu, Rumah Sakit Terapung terinisiasi karena terbatasnya tenaga medis dan akses ke fasilitas kesehatan yang perlu dibenahi, ” ujarnya.

    Proses persalinan yang sukses dilakukan oleh tim dokter RSTKA. (Foto: Dok Tim RSTKA)Tantangan Besar

    Awalnya, RSTKA menjangkau di pulau Jawa, beberapa di luar Jawa. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat lebih dari 270 penduduk dan 17 ribu pulau di Indonesia.

    Persebaran penduduk di Indonesia itu menimbulkan ketimpangan akibat sentralisasi pembangunan di pulau Jawa. Karena itu, masyarakat memerlukan inisiatif  dan inovasi penyelesaian permasalahan tersebut.

    “Meski ada program pemerintah, belum tentu efisien karena uangnya banyak, tapi output-nya sedikit. Dan, yang merasakannya tidak merata, ” sebut Menkes.

    Budi menambahkan, kenaikan angka kematian ibu dan anak harus dicegah. Jika tidak, itu dapat membuat Ibu menjadi trauma. Adanya RSTKA menjadi momentum yang sangat baik untuk menjawab permasalahan masyarakat terpencil.

    “Adanya program pemberdayaan masyarakat seperti ini, (penyelesaian kematian ibu dan anak) menjadi efisien. Input-nya sedikit, tapi output-nya besar sekali, ” ujar Budi.

    Libatkan 2.000 Relawan

    Untuk informasi, RSTKA akan melibatkan 2.000 relawan dalam melakukan perjalanan berlayar ke lebih dari 60 pulau di Indonesia. Selain itu, Menkes mulai mengumpulkan perusahaan-perusahaan besar bidang kesehatan untuk berkolaborasi menyukseskan program tersebut.

    Menkes juga berharap ada banyak kontributor yang mau bergabung. Dengan begitu, Rumah Sakit Terapung itu akan lebih cepat hadir untuk menjawab permasalahan masyarakat terpencil di seluruh Indonesia.

    Penulis: Sintya Alfafa

    Editor: Feri Fenoria

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Menilik Kegiatan ITS dan NTUST Menebar Kebermanfaatan...

    Artikel Berikutnya

    Pertama di Indonesia, ITS Digandeng PT ZTE...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami