Baru Sepertiga Puskesmas di Indonesia Pakai Sistem Informasi

    Baru Sepertiga Puskesmas di Indonesia Pakai Sistem Informasi
    Dr Ede Surya Darmawan S KM MDM ketika menyampaikan materi. (Foto: Muhammad Mu’afa Rahman)

    SURABAYA– Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR mendatangkan Dr Ede Surya Darmawan S KM MDM, dosen FKM Universitas Indonesia, pada Rabu (19/10/2022). Dr Ede diundang sebagai pemateri kuliah tamu bertajuk Transformasi Kesehatan dan Digitalisasi.

    Menurut Dr Ede, ada tiga faktor yang memengaruhi implementasi teknologi informasi (TI) di Puskesmas. Yakni, sistem itu sendiri, sistem pendukung, dan sumber daya manusia (SDM).

    Ia mengatakan bahwa baru sepertiga dari 10.250 Puskesmas di Indonesia yang memiliki sistem informasi. Menurutnya, memiliki sistem yang cocok sangat berpengaruh dalam implementasi TI.

    Dr Ede melanjutkan soal sistem pendukung seperti penyedia internet serta listrik. “Mau kayak apapun sistem digital yang keren, kalau ngga baik-baik sama PLN ya ngga nyala, ” ucapnya gurau.

    Isu kendala internet juga ia dapati di Kabupaten Banyumas ketika acara musyawarah cabang. Petugas setempat mengatakan bahwa saat vaksinasi, input data dilakukan ketika di kota dengan sinyal yang bagus.

    Dr Ede menyebut hal itu adalah komputerisasi, bukan digitalisasi. “Masih dikirim e-mail, atau nanti upload ke web saat internetnya bagus, ” terangnya.

    Kemudian faktor SDM, Dr Ede menyebut faktor ini adalah yang paling susah, khususnya di kedokteran. Masih banyak dokter yang mengandalkan asistennya dalam hal input data.

    Ia mencontohkan “Udahlah, dok, kalau susah, ditulis dulu aja. Nanti kami yang mengentri (Input data. Red).”

    Ia pun melanjutkan “Ini kan jadi dobel, ya. Kenapa? karena masih disuruh ngetik. Padahal yang namanya teknologi digital adalah teknologi handphone anda. Tinggal klik klik jadi kan, ya” ucapnya.

    Menurut Dr Ede, kesesuaian teknologi dengan pengguna perlu diperhatikan. “Harus yang memudahkan, ” katanya.

    Waktu yang diperlukan dalam implementasi TI tersebut juga tidak pasti. Dari informasi rujukan Dr Ede, masa implementasi berkisar 5-50 tahun.

    “Tapi kalau tidak pernah dimulai tidak akan pernah ada finish-nya. Kenapa? karena every journey starts with one small step, ” ucapnya.

    Dr Ede juga mencontohkan kebijakan untuk melancarkan implementasi TI itu. Yakni, dengan paksaan, kesamaan standarisasi, konektivitas harus berjalan, serta memberikan manfaat.

    Dr Ede mencontohkan “Kalau anda (Puskesmas. Red) ngga masuk ke sistem, perencanaanmu ngga bisa masuk. Dan uang tidak akan keluar, ” katanya.

    Penulis: Muhammad Mu’afa Rahman

    Editor: Feri Fenoria

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    ITS Ambil Peran di UIG Online Course on...

    Artikel Berikutnya

    ITS Dorong Perikanan dengan Pompa Air Berbasis...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami