SURABAYA – Mengingat tahun 2023 mendatang akan memasuki tahun politik, peran anak muda diharapkan aktif dalam kegiatan politik khususnya mahasiswa. Keberadaan anak muda merupakan hal yang penting karena mereka yang akan menjadi generasi penerus bangsa.
Meninjau hal itu, BEM Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Airlangga Talks mengadakan Simposium Demokrasi bertajuk Demokrasi dan Kontentasi: Peran Pemuda dalam Menjaga Integritas Politik Bangsa di Auditorium GKB Kampus MEER C pada Selasa (27/12/2022).
Acara tersebut turut mengundang Dr H Emil Elestianto Dardak, Indah Kurniawati SE MM, Prof H Kacung dan Kusnadi SH MHum sebagai pembicara pada simposium demokrasi kali ini.
Emil Dardak memaparkan, pada tahun 2045 Indonesia memasuki usia satu abad. Hal tersebut kerap dikaitkan dengan adanya bonus demografi. Bonus Demografi adalah kondisi dimana penduduk usia produktif lebih dominan daripada usia non produktif.
Adanya bonus demografi diharapkan akan meningkatkan tingkat kemakmuran. Hal tersebut menjadi tantangan di masa mendatang.
“Jika generasi muda kita tidak produktif, hal ini justru akan membuat demografic disaster. Diharapkan anak muda dapat memberikan sumbangsih terhadap perekonomian bangsa, ” ujarnya.
Tantangan terbesar dalam menghadapi bonus demografi adalah menjadi penduduk yang produktif atau menambah angka pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan. Menurutnya, kita dapat belajar dari Jepang dan Korea Selatan yang lebih dahulu menghadapi bonus demografi.
Hal yang dapat diantisipasi ialah pembangunan kepemudaan. Dalam pembangunan kepemudaan terdapat lima hal yang harus diperhatikan yaitu pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, kepimpinan, gender dan diskriminasi.
Lebih lanjut, Emil menjelaskan dulu dengan modal ijazah kita telah mendapatkan pekerjaan yang mapan. Zaman sekarang kita lebih kompetitif harus memiliki softskill karena mayoritas kini tak hanya memandang dari technical skill saja.
Salah satunya dengan aktif berorganisasi, dalam berorganisasi kita mendapatkan leadership skill, negotiation skill, dan communication skill. Hal itu sangat dibutuhkan terutama dalam demokrasi dan politik.
Dengan memiliki soft skill, dapat menunjukkan kematangan kita dalam menilai pemimpin bangsa. Menjadi pemimpin tidak hanya sekedar memerintah tetapi dapat menggerakkan.
“Dengan ini diharapkan di masa mendatang tiap pemuda dapat menjadi agen perubahan, pembaharuan dan pembangunan bangsa serta kritis dalam permasalah yang terjadi khususnya politik, ” pungkasnya.
Penulis: Satrio Dwi Naryo
Editor: Khefti Al Mawalia