Kupas Dunia Data Digital Melalui Kacamata Data Analyst

    Kupas Dunia Data Digital Melalui Kacamata Data Analyst
    Rickent Putra Haki (kanan) ketika memaparkan materi dalam Schematics National Seminar of Technology (NST) 2022, Sabtu (22/10)

    SURABAYA – Dalam rangka menekankan pemahaman di bidang pengolahan data digital, Himpunan Teknik Computer-Informatika (HMTC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar Schematics National Seminar of Technology (NST) 2022, Sabtu (22/10/2022).

    Menggandeng Rickent Putra Haki sebagai narasumber, kegiatan ini mengupas tuntas dunia data digital dalam kacamata data analyst.

    Membagikan pengalamannya, Rickent mengaku mengawali pekerjaannya di bidang pengoperasian dan pengembangan sistem elektronik. Tak lama setelahnya, ia mulai berkecimpung di ranah konsultasi dan berhasil meniti karir sebagai data analyst hingga konsultan senior.  Lama berkutat di bidang tersebut membuat Rickent merasa harus mengeksplor hal baru, salah satunya dengan mendalami ilmu pemodelan data.

    Dari situ, lulusan Sistem Informasi ini menyadari bahwa peran yang paling dibutuhkan industri saat ini adalah seorang data analyst. Selain bertanggung jawab memberikan insight dari informasi yang ada, seorang data analyst juga dituntut untuk menyusun data dengan rapi.

    Dirinya menjabarkan, pada rentang tahun 2014-2019, hanya ada satu persen dari total 90 persen data di dunia yang pernah dianalisis. “Seperti halnya sumber daya alam, agar memiliki nilai guna, sebuah data juga harus diolah terlebih dulu, ” jelas Rickent.

    Salah satu peserta seminar saat mengajukan pertanyaan kepada narasumber pada sesi tanya jawab.

    Dalam pengolahan data digital, terdapat beberapa peran dengan berbagai macam bidang fokusan, yakni Data Engineer,  Data Analyst,  Data Scientist, dan Data Governance. “Kerap tertukar dalam penyebutannya, keempat peran tersebut nyatanya memiliki tugas berbeda dan bekerja saling berkesinambungan, ”  papar laki-laki yang kini menjabat sebagai analyst manager di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tersebut.

    Data engineer,  timpalnya,  bertugas memastikan proses pengumpulan berbagai sumber data ke gudang data berjalan dengan baik dan tersimpan dengan rapi. Sementara itu,  data analyst bertugas menghasilkan sebuah insight dari data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. “Data analyst inilah yang akan memberi masukan kepada suatu perusahaan mengenai apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, ” tuturnya.

    Sedikit beririsan dengan peran-peran sebelumnya, seorang data scientist bersifat prediktif dan memiliki fokus terhadap perspektif masa depan. Seorang data scientist bertugas memikirkan cara dalam mencapai tujuan dari insight yang telah disampaikan data analyst. “Sedangkan data governance bertanggung jawab dalam memonitor kualitas sekaligus memastikan semua aliran data berjalan dengan baik, ” ungkapnya.

    Sebagai penutup, Rickent membeberkan fakta bahwa kemampuan yang saat ini kurang dikuasai oleh seorang data analyst adalah data storytelling, sebuah seni dalam membentuk presentasi data dengan tampilan yang lebih menarik dan mudah dimengerti. “Maka dari itu, teman-teman yang ingin terjun di bidang data digital tak boleh hanya terfokus pada cara membuat data, tetapi juga memvisualisasikannya lewat seni storytelling, ” pungkasnya mengakhiri. (*)

    Reporter : ion23

    Redaktur : Erchi Ad’ha Loyensya

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    ITS Jadi Tuan Rumah Forum SPI PTN-BH Kedelapan

    Artikel Berikutnya

    Bertajuk Sang Wisanggeni, ITS Kembali Lestarikan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami