Mahasiswa ITS Manfaatkan SCW sebagai Pengurai Limbah Plastik PP

    Mahasiswa ITS Manfaatkan SCW sebagai Pengurai Limbah Plastik PP
    (dari kiri) Irma Fitriani, Immanuel Nathanael Lumban Gaol, dan Ratih Handayani yang tergabung dalam tim MetaChem-39 dari ITS, penggagas SCW sebagai pengurai limbah plastik PP

    SURABAYA — Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas inovasi terkait potensi yang dimiliki Supercritical Water (SCW) sebagai pengurai plastik Polipropilena (PP) menjadi bahan bakar alternatif setara bensin. Hal ini dikarenakan SCW sebagai salah satu proses fluida yang sangat berguna untuk mengurai limbah plastik, ternyata masih kurang digunakan penerapannya di dunia industri saat ini.

    Tim mahasiswa yang tergabung dalam tim MetaChem-39 tersebut adalah Irma Fitriani, Immanuel Nathanael Lumban Gaol, dan Ratih Handayani. Irma mengungkapkan, ide yang dicetuskan timnya ini berawal dari polemik terkait limbah plastik di Indonesia yang terus meningkat tiap tahunnya. “Bahkan, per 2021 limbah plastik di Indonesia mencapai 6, 6 juta ton, ” ungkap Irma.

    Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa Departemen Kimia ITS itu menambahkan, proses untuk menguraikan limbah plastik itu sendiri membutuhkan waktu yang lama. Di samping itu, metode penguraian yang selama ini dilakukan untuk mengonversi plastik PP, seperti metode pirolisis hidrotermal terbilang cukup mahal. “Sehingga kami mencoba untuk menggunakan SCW sebagai pengurai untuk bisa lebih menghemat pengeluaran, ” terangnya, Jum'at (9/6).

    Pengumuman pemenang LKTIN Universitas Jambi oleh tim MetaChem-39

    Lebih lanjut, menurut Irma, SCW merupakan salah satu proses pemanasan fluida dengan tekanan dan titik didih rendah tepat pada titik kritis fluida yang dipanaskan. Penerapan metode ini pada pengonversian plastik PP menjadi bahan bakar adalah dengan memanaskan plastik PP di dalam air. Kemudian, pada suhu 450 derajat celcius, plastik PP tersebut akan menyatu dengan air.

    Selanjutnya, proses pemanasan itu dihentikan dan ditunggu hingga suhu pada campuran tersebut kembali ke kondisi normal. Saat itulah, senyawa air dan minyak hasil dari pencampuran plastik PP dan air terpisah. “Minyak yang dihasilkan tersebut, lalu diperiksa besar kalornya dan menunjukkan kalor minyak yang setara dengan bensin, ” jelas mahasiswi yang hobi membaca novel tersebut.

    Ilustrasi gagasan SCW sebagai pengurai limbah plastik PP yang dituangkan ke dalam poster karya tulis ilmiah oleh tim MetaChem-39 dari ITS

    Dengan penelitian yang dilakukan oleh tim MetaChem-39 ini, ternyata terbukti bahwa potensi penggunaan SCW sebagai pengonversi lebih efisien dibanding dengan metode lainnya. Di samping proses yang sangat sederhana, metode SCW juga tidak begitu memakan waktu yang lama. “Hanya dibutuhkan sekitar 30 menit untuk prosesnya, ” imbuh gadis asal Denpasar tersebut.

    Penelitian yang dilakukan oleh tim bimbingan Dr Triyanda Gunawan SSi tersebut akhirnya berbuah manis. Gagasan yang dituangkan pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) di Universitas Jambi itu telah mengantarkan tim ITS ini menjadi juara satu. “Semoga SCW sebagai pengurai PP bisa diterapkan ke depannya, sehingga limbah plastik berkurang, dan output metode ini bisa dimanfaatkan dengan baik, ” tutur Irma penuh harap. (HUMAS ITS)

    Reporter: Nabila Hisanah Yusri

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Hadapi Pemilu 2024, Dosen FISIP UNAIR Ingatkan...

    Artikel Berikutnya

    Buka Konferensi ASAIHL di Tokyo, Rektor...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami