SURABAYA– Prestasi cemerlang yang membanggakan kembali diukir oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Fiqey Indriati Eka Sari, mahasiswi Departemen Teknik Informatika ITS, berhasil meraih Juara II di ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Nasional 2022.
Tak mudah juga perjalanan kesuksesan Fiqey ini. Kilas balik saat menjadi mahasiswa baru, gadis asal Pasuruan ini sempat tidak berhasil mendapatkan beasiswa yang didambakannya sampai dua kali. Hal itu memicunya untuk semakin meningkatkan kapasitas diri.
Mulanya, ia bergabung dalam Student Catalyst sebagai organisasi eksternal untuk pengembangan diri. Fiqey juga melibatkan diri dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Sesuai dengan rumpun ilmunya, Fiqey menjadi programmer di tim robot humanoid ITS, Ichiro. Memiliki hobi berkutat dengan robot, Fiqey menjadi satu-satunya programmer perempuan angkatannya pada tim Ichiro. “Banyak sekali ilmu yang saya kantongi setelah bergabung dalam (tim) Ichiro, seperti bekerja dalam tim, adaptasi diri, dan eksplorasi diri, ” ungkapnya, Senin (3/10/2022).
Mahasiswa ITS Fiqey Indriati Eka Sari dengan bangga membawa pulang gelar Juara II Mahasiswa Berprestasi Nasional 2022 jenjang Sarjana
Tak hanya mengembangkan kemampuan dalam bidang prestasi akademik, mahasiswi berkacamata ini juga aktif mengembangkan softskill-nya. Bergabung pada student catalyst mengajarkannya untuk belajar manajemen diri dengan baik. Ia juga pernah diberi mandat untuk menjadi ketua acara Visitasi Robot Jawa Timur.
Sementara keberhasilan mahasiswa ITS ini, Kepala Seksi Pengembangan Talenta Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITS Hakun Wirawasista Aparamarta ST MMT PhD, yang bertindak sebagai koordinator Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) ITS menyambut hangat atas prestasi tersebut. Sempat mengalami keterpurukan dalam ajang Pilmapres sebelumnya, Ditmawa merancang kembali skema penilaian Mawapres ITS. “Keberhasilan ini merupakan perjalanan panjang yang terbayarkan, ” tandas Hakun dengan bangga.
Pencapaian Fiqey saat ini tak luput dari motivasi internalnya. Ia awalnya tak mengira untuk mengejar titel sebagai Mawapres. Setiap ada kesempatan untuk belajar dan berkembang selalu dimanfaatkannya semaksimal mungkin. “Intinya segala sesuatu yang kita lakukan jika bertujuan pada kebaikan akan dihitung sebagai ibadah dan dimudahkan oleh Tuhan, ” ucapnya mengingatkan.
Diterangkan Fiqey, terpilihnya ia menjadi Mawapres tentunya banyak lika-liku seleksi panjang yang telah dilaluinya. Setelah disaring oleh departemen, Ditmawa ITS menyaring kembali dengan mempertimbangkan empat aspek. Aspek tersebut di antaranya capaian prestasi, ide inovasi, nilai bahasa Inggris, dan kepribadian.
Lebih lanjut, menurutnya, setelah berhasil dipilih untuk mewakili ITS, dilanjutkan dengan seleksi wilayah. Kemudian, saat memasuki seleksi tingkat nasional, aspek yang diuji juga sama seperti saat seleksi di dalam ITS. “Namun, gagasan kreatif sebisa mungkin membawa ide yang bermanfaat bagi banyak orang, ” ujarnya.
Bersama tim Ichiro ITS, Fiqey Indriati Eka Sari berhasil menjuarai ajang Robocup 2022 di Bangkok
Dalam presentasi gagasan kreatif, Fiqey mengusung pengembangan dari PKM Karsa Cipta miliknya dengan judul Sistem Pendeteksi dan Pemantauan Dini Risiko Komplikasi Berbasis Multimodel Learning bagi Pasien Penyakit Ginjal Kronis. “Sebuah aplikasi yang tidak hanya mendeteksi gambar, tetapi digabungkan dengan data rekam jejak pasien dan terhubung dengan sistem pemantauan real time, ” papar Fiqey.
Tak berhenti pada Mawapres, gagasan kreatif ini ingin dikembangkan Fiqey ke depannya hingga dapat diimplementasikan kepada masyarakat. Naluri Fiqey mengatakan ingin sekali hidupnya bermanfaat bagi orang lain dengan menciptakan inovasi teknologi. Saat kecil, sempat terbersit di benaknya untuk menjadi dokter. Namun, kecintaannya pada pemrograman mengurungkan niatnya menjadi dokter. “Sekarang ingin menjadi pemrogram inovasi di bidang teknologi kesehatan, ” tuturnya.
Di sela kesibukannya, peralihan tugas satu ke tugas lain menjadi kesenangan tersendiri baginya. Saat melewati kelas perkuliahan karena kompetisi yang harus dihadapi, Fiqey harus membagi waktunya untuk mengejar materi yang tertinggal. Tak lepas dari prestasinya, ia juga senang berbagi ilmu menjadi pengajar untuk anak-anak. “Melihat anak-anak senang dan paham ilmu yang aku berikan, sangat membangkitkan semangatku, ” akunya.
Menurut Fiqey, kesuksesan merupakan suatu pencapaian yang bisa dirasakan oleh orang sekitar. “Sebagai manusia sulit untuk bisa sempurna, tetapi selalu diberi kesempatan untuk berusaha jika kita ikhtiar, ” pesan Fiqey di akhir. (HUMAS ITS)
Reporter: Silvita Pramadani