Organisasi Adalah Pilar Pembangunan Kritisisme Mahasiswa

    Organisasi Adalah Pilar Pembangunan Kritisisme Mahasiswa
    AKSI menuntut keadilan di depan kantor dewan oleh mahasiswa UNAIR Banyuwangi. (Foto: Ananda Wildhan).

    SURABAYA – Organisasi kemahasiswaan (Ormawa) menjadi wadah gerak mahasiswa dalam mengembangkan minat manajerial. Khususnya memperkuat akar kritisisme mahasiswa. 

    Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr M Hadi Shubhan SH MH CN menuturkan organisasi mahasiswa memiliki nilai yang cukup strategis bagi kampus. Di UNAIR eksistensinya terbukti berdampak positif bagi pengembangan softskill mahasiswa sesuai dengan minatnya. Manfaat antar-mahasiswa juga tercipta lewat diskusi dan berbagai aspirasi untuk kesejahteraan mahasiswa itu sendiri.

    “Organisasi mahasiswa sekaligus bermanfaat bagi mahasiswa terkait dengan pelayanan kesejahteraan dan advokasi mahasiswa. Sehingga organisasi tersebut memang perlu dibesarkan dan dibina, ” ujarnya, Kamis (1/6/2023). 

    UNAIR tetap mendukung eksistensi berjalannya setiap kegiatan organisasi mahasiswa yang ada di dalamnya. Dengan membuat regulasi sebagai panduan dengan dukungan fasilitas agar ormawa berjalan dengan baik. Sebagai langkah berkelanjutan, Direktorat Kemahasiswaan UNAIR akan melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan kualitas.

    “Kamu juga melakukan supervisi dalam rangka pembinaan dan meningkatkan kualitasnya, ” tuturnya.

    Director of Student Affairs UNAIR
    Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H., CN. sebagai Direktur Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga memaparkan peran ormawa mendukung UNAIR 500 World Class University. (Foto: Nuri Hermawan)

    Suara dari Organisasi

    Kritisisme mahasiswa bisa terbangun melalui beberapa pilar. Pilar kegiatan kurikuler di kelas, pilar kegiatan ormawa, dan pilar jejaring di luar kampus. Jadi, ormawa hanya sebagai salah satu pilar saja untuk menumbuhkan kritisisme mahasiswa. Pilar akademik di kelas juga perlu dibangun melalui kuliah untuk membangun basis teori yang kuat agar bisa menganalisis fakta sosial yg ada. 

    “Demikian juga dengan jejaring luar. Hanya saja kritisisme itu jangan dibangun berdasarkan asumsi yg tidak berdasar apalagi berdasar fitnah, ” ucapnya.

    Seimbangkan MBKM dan Ormawa

    Meningkatnya minat mahasiswa mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka bukanlah menjadi ancaman bagi organisasi kemahasiswaan. Dengan tujuan sebagai bekal softskill mahasiswa, maka MBKM dan Ormawa berfungsi sebagai sarana. Sehingga mahasiswa bebas untuk memilih salah satu atau keduanya.

    “Bisa saja kedua sarana bersinergi. Ada seorang ketua bem fakultas, tapi dia juga pernah ikut MBKM, ” katanya.

    Sebagai Direktur Kemahasiswa, Prof Hadi berharap mahasiswa dapat memanfaatkan MBKM. Program tersebut akan bermanfaat dalam pengembangan soft skill dan jaringan nanti setelah lulus. Namun, tetap bermesti berimbang dengan keaktifan berorganisasi untuk lebih meningkatkan nilai dan kualitas diri di dalam manajemen kelompok.

    “Di samping itu, juga tetap aktif di ormawa. Karena, dengan aktif di ormawa di samping bermanfaat bagi dirinya untuk pengembangan softskill juga memfasilitasi adkesma mahasiswa lainnya, ” tutupnya.

    Penulis: Monika Astria Br Gultom

    Editor: Feri Fenoria

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Rektor Lantik Pengurus Ormawa Masa Bakti...

    Artikel Berikutnya

    Organisasi Kemahasiswaan Perlu Ada Pembaruan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Emas, Mimpi Indah atau Nyata? Saatnya Tiga Kementerian Mulai Kolaborasi!
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!

    Ikuti Kami