Pakar Paru FK UNAIR: Gas Air Mata Bersifat Iritatif dan Inflamatif

    Pakar Paru FK UNAIR: Gas Air Mata Bersifat Iritatif dan Inflamatif
    unsplash

    SURABAYA – Penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian pada peristiwa kanjuruhan menuai kritik. Lantaran penggunaan gas air mata untuk mengendalikan massa dilarang oleh FIFA.

    Pakar paru Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR Dr dr Isnin Anang Marhana SpP (K) FCCP FIRS FAPSR menjelaskan dampak gas air mata bagi tubuh manusia. Menurutnya, gas air mata mengandung Chloroacetophenone (CN) dan Chlorobenzylidene malononitrile (CS) yang bertujuan melumpuhkan seseorang.

    Kemampuan melumpuhkan manusia itu dikarenakan sifat gas air mata yang iritatif dan inflamatif. “Contohnya adalah ketika kena mata itu langsung berair, hiper lakrimasi. Berair matanya, pedih, pedas. Sehingga tidak bisa beraktivitas normal dan mudah dilumpuhkan, ” jelasnya.

    Dr Isnin mengungkapkan, gas air mata dapat memengaruhi kulit, mata, saluran pernapasan, pencernaan, tenggorokan, hingga psikologis seseorang. Gejala yang mungkin terjadi adalah kulit terasa seperti tersengat, muncul gejala seperti flu, mual, muntah, serta batuk.

    “Dada juga akan terasa sesak karena mukosa-mukosa saluran pernapasan mengalami pembengkakan atau inflamasi, ” terangnya, Senin (10/10/2022).

    Menurut literatur yang dirujuk oleh Dr Isnin, efek gas air mata bersifat sementara. Yakni, setelah 20 menit efeknya akan berkurang drastis.

    Adapun dampak bagi psikologis yaitu ansietas atau distress psikologi. “Ketika dilemparkan, dia kaget beserta panik yang berlebihan. Sehingga mereka tidak berpikir dengan jernih,  ngikut aja orang-orang lari. Akhirnya ya berdesak-desakan itu.”

    Pakar paru Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR Dr dr Isnin Anang Marhana SpP (K) FCCP FIRS FAPSR. (Foto: Istimewa)

    Kemudian, Dr Isnin menjelaskan apabila mendapati asap gas air mata, segera menuju tempat dengan aliran udara yang bagus. Dan jika merasa terpapar olehnya, dapat menggunakan handuk basah kemudian diusap pada bagian tubuh yang terpapar.

    “Kita lap dulu itu supaya konsentrasinya yang nempel berkurang. Setelah itu baru kita bilas dengan air, ” jelasnya.

    Dr Isnin juga menerangkan bahwa orang yang memiliki riwayat gangguan pernapasan akan lebih terdampak oleh gas air mata. Menurutnya, kita harus mengenali kondisi paru-paru kita dengan baik.

    “Misalnya dia ada riwayat asma. Atau waktu-waktu tertentu dia jadi mudah sesak seperti pada pagi hari, malam hari, hujan, dingin, berdebu. Atau pada kondisi dia cemas itu dia bisa sesak, ” ucapnya.

    Penulis: Muhammad Mu’afa Rahman

    Editor: Feri Fenoria

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Setelah Empat Tahun, FV Juarai Basket Dies...

    Artikel Berikutnya

    Mahasiswa ITS Borong Juara dalam Kompetisi...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Emas, Mimpi Indah atau Nyata? Saatnya Tiga Kementerian Mulai Kolaborasi!
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!

    Ikuti Kami